Wednesday, November 9, 2011

Mensyukuri Nikmat


Alhamdulillah, bersyukur kita kepada Allah Yang selalu memberikan kenikmatan Islam, memberikan anugrah kekuatan imaniyah dan jasmaniyah dalam setiap langkah kehidupan yang kita jalani. Sungguh keduanya merupakan nikmat Allah yang teragung dimana para ulama salaf mengatakan, "Fainnahaa sayyidu ni'amil Aakhirah"  bahwa nikmat imam dan Islam merupakan nikmat akhirat yang teragung. Kemudian berkenaan dengan nikmat kedua mereka berkata, " Fainnahaa sayyidu ni'amid Dunya" bahwa nikmat kesehatan merupakan nikmat dunia yang paling agung. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad Saw, bagi
keluarga dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Saudaraku yang dimuliakan Allah
Hari demi hari, silih berganti, malam demi malam terus mengikuti, tanpa terasa kini kita telah berada dalam bulan yang dinanti-nanti, bulan yang begitu diberkahi, bulan yang penuh dengan maghfirah Ilahi, bulan yang di dalamnya terdapat satu malam yang nilainya begitu tinggi, yakni lebih baik dari seribu bulan. Allahu Akbar..! Sungguh, inilah nikmat Ilahi yang mesti kita syukuri, sebab tidak seorang pun dari kita yang dapat memastikan bawa tahun depan akan memasukinya kembali.
Oleh karena itu, hanyalah orang bodoh yang membiarkan waktu hidupnya tersia-siakan dengan kebathilan. Hanya orang jahil yang membiarkan waktu hidupnya tercampakkan dengan kelengahan dan merugilah keduanya karena kesempatan yang diberikan Allah tidak dimanfaatkan untuk melaksanakan kebaikan.
Setiap nikmat yang dianugrahkan adalah menuntut kita untuk mensyukurinya.
Ingatlah ketika Rasulullah ` bersabda, "Sesungguhnya Allah kmemiliki seratus rahmat. Kemudian Ia turunkan hanya satu rahmat kepada Jin, Manusia, Hewan dan serangga di dalamnya. Dengan rahmat itulah mereka saling menyayangi dan mengasihi. Dengan rahmat itu pula, perempuan jahatpun menyayangi anaknya. Allah  menunda sembilan puluh sembilan rahmat-Nya, yang akan dikaruniakan bagi hamba-hamba-Nya pada hari kiamat."[1]
Hanya dengan satu rahmat inilah Allah memberi kita nikmat berupa mata dan seluruh yang membuat kita mampu merasakan betapa nikmatnya garam, kalau sedikit saja ujung lidah kita terluka, betapa berbeda dunia yang kita rasakan sekarang. Kalau sedikit saja alat penciuman kita rusak, betapa bunga-bunga itu tak lagi mewangi. Kalau sebentar saja kelenjar air liur tak berproduksi, betapa tak menariknya setiap masakan yang lezat sekalipun makanan itu adalah aroma bandung.
Tetapi…
Alangkah sedikit yang kita syukuri. Padahal dengan syukur itu, Allah akan memberikan sembilan puluh sembilan rahmat yang  masih tersimpan di sisi-Nya. Di dalamnya adah kasih yang abadi, kasih sayang yang tak terbatas dari-Nya.
Maka untuk mengingatkan kita bersama, pada kesempatan ini kami memaparkan secara singkat tentang syukur.
Manzilah Syukur
Imam Ibnul Qayyim dalam kitabnya "Madarijus Salikin" menjelaskan bahwa syukur merupakan salah satu majzilah yang tertinggi dari firman Allah, إياك نعبد وإياك نستعين)) dan syukur juga merupakan setengah dari keimanan. Sebab iman itu terdiri dari dua bagian, pertama adalah syukur sedangkan bagian yang lain adalah sabar.
Karenanya Allah memerintahkan segenap hamba-Nya agar mereka senantiasa bersyukur kepada-Nya dan tidak mengkufuri-Nya.
و اشكروا لي ولا تكفرون.
"Dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu  mengingkari (ni'mat)-Ku."[2]
Tingkatan syukur adalah lebih tinggi dari ridha. Sehingga dalam banyak ayat Al-Qur`an, Allah memuji segolongan hamba-Nya dengan khusus dengan sifat syukur. Seperti pujian-Nya terhadap Nabi Ibrahim kekasih-Nya.
¨bÎ) zOŠÏdºtö/Î) šc%x. Zp¨Bé& $\FÏR$s% °! $ZÿŠÏZym óOs9ur à7tƒ z`ÏB tûüÏ.ÎŽô³ßJø9$# ÇÊËÉÈ #\Å2$x© ÏmÏJãè÷RX{ 4 çm9u;tGô_$# çm1yydur 4n<Î) :ÞºuŽÅÀ 8LìÉ)tGó¡B ÇÊËÊÈ
"Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan), (lagi) yang mensyukuri ni'mat-ni'mat Allah. Allah telah memilihnya dan menunjukinya kepada jalan yang lurus."[3]
   Al-Qur`an sering menyebut istilah الأكثرية (kebanyakan) dengan menunjukkan kuwalitas mental yang buruk, mudah terpengaruh, tidak berpikir jernih, mudah lalai dan lengah, mudah ingkar, tidak beriman, fasik, dan tidak bersyukur.
   Golongan kebanyakan adalah golongan yang tidak bersyukur, maka sedikitnya golongan hamba yang bersyukur menunjukkan bahwa mereka yang bersyukur adalah hamba pilihan yang memiliki banyak keutamaan bahkan syukur merupakan jalan yang ditempuh oleh para Rasul. Allah kberfirman:
و قليل من غبادي الشكور
Bersyukur." [4]   "Dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang
   Dan di dalam Shahihain dikisahkan bahwa suatu ketika Rasulullah ` shalat dengan shalat yang sangat panjang hingga kedua kakinya bengkak, maka dikatakan kepada beliau, "Kenapa Anda berbuat demikian, padahal Allah telah mengamuni dosa-dosa Anda yang telah lalu dan yang akan datang?" maka beliau ` bersabda, "Apakah yang menghalangiku menjadi hamba yang bersyukur."
   Dalam Atsar Ilahi Allah k berfirman:
أهل ذكري أهل مجالستي وأهل شكري أهل زيادتي و أهل طاعتي أهل كرامتي و أهل معصيتي لا أقنطهم من رحمتي إن تابوا فأنا حبيبهم وإن لم يتوبوا فأنا طبيبهم أبتليهم بالمصائب لأطهرهم من المعايب .
Kaidah-Kaidah Dalam Syukur
Sesungguhnya syukur dibangun diatas lima kaidah yaitu:
1)      Khudhu'usy Syakir (ketundukan seorang yang bersyukur) terhadap Allah.
2)      Rasa cinta yang mendalam kedapa Allah.  
3)      Mengakui bahwa segala nikmat adalah milik Allah.
4)      Memuji Allah atas nikmat-Nya. Kemudian Menyampaikan
5)      Tidak menggunakan nikkmat tersebur dalam hal-hal yang dibenci dan dilarangnya. Akan tetapi nikmat itu harus digunakan dalam hal ketaatan kepada Allah. para ulama` menjelaskan bagaimana seharusnya seseorang ketika menerima anugrah nikmat. Dan membicarakan nikmat akan nikmat yang diterima tersebut kepada orang lain. Sebab membicarakan nikmat Allah merupakan bagian dari syukur. Termasuk pula dalam hal ini yaitu berdakwah kepada Allah dengan menyampaikan risalahnya kepada manusia. Rasulullah ` bersabda dalam hadits shahih.
 من صنع إيله معروف فليجزي به، فإن لم يجد ما يجزي به فليثن، فإنه إذا أثنى عليه فقد شكره،  وإن كتمه فقد كفره، و من تحلى بما لم يعط، كان كلابس ثوبي زور.
Siapa yang menerima perlakuan baik, hendaklah membalasnya. Namun jika ia tidak mendapatkan sesuatu untu membalas kebaikan itu, hendaknya memuji atas kebaikannya sebab, dengan memujinya berarti ia telah mensyukuri nikmat tersebut, akan tetapi jika menyembunyikannya maka sungguh ia telah mengkufuri nikmat itu." [5]
تصريف النعمة على مراد معطيها.
                   "Menggunakan nikmat sesuai kehebdak Pemberinya."
Inilah kelima asas dimana syukur dibangun diatasnya. Jika salah satunya tidak hilang maka syukur seseorang tidaklah sempurna. Seorang yang berbicara tentang syukur, maka pembicaraannya tidak akan keluar dari kelima asas diatas.
Karenya kita harus belajar bersyukur terhadap segala karunia nikmat yang kita rasakan sekecil apapun nikmat itu. Sebab seorang tidak mungkin akan mensyukuri nikmat yang besar kalau sekiranya ia lalai terhadap nikmat yang kecil.
Rasulullah `  bersabda:
 من لم  يشكر القليل لم يشكر الكثير، و من لم يشكر الناس لم يشكر الله، و التحدث بنعمة الله شكر، و تركه كفر، و الجماعة رحمة، و الفرقة عذاب.
“Siapa yang tidak pandai mensyukuri nikmat yang sedikit, ia tidak akan mampu mensyukuri nikmat yang banyak. Dan siapa yang tidak pandai berterima kasih kepada manusia, ia tidak akan pandai mensyukuri Allah. Mengungkapkan nikmat berarti syukur, sedangkan meninggalkannya adalah kekufuran. Al-jama’ah adalah rahmat sedang Al-Firqah (bercerai-berai) adalah adzab.”
Semoga kita termasuk hamba-Nya yang pandai bersyukur atas setiap tetes nikmat yang diberikan-Nya, dan menggunakannya selalu untuk menegakkan punggung dalam rangka ibadah serta meniggikan kalimat Allah. Shalawat dan shalam semoga tercurahkan kepada Nabi ` beserta para shabat dan mereka yang senantiasa komitmen meniti sunnahnya hingga akhir zaman.


[1]  HR. Bukhari dan Muslim.
[2]  Al- Baqarah: 172.
[3]  An-Nahl: 120-121.
[4]  Saba`: 13.
[5] HR. Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad (215).
Load disqus comments

0 comments