Ketika itu kota Damaskus sedang tersenyum manis menyambut datangnya musim semi. Berbangga dengan kesuburan tanah dan taman-tamannya yang indah dan bersemi.
Hari itu Amirul Mukminin Muawiyah bin Abi Sufyan sedang siap menerima para utusan di istana. Ketika kesempatan pertama dibuka, Ummul Hakam binti Abi Sufyan segera menmpati tempat duduknya dibalik tabir. Dari situ ia bisa mendengar pembicaraan-pembicaraan dalam majlis kakaknya tentang hadits-hadits Nabi n. dia mengisi dirinya dengan apa-apa yang didengarnya dari penasehat istana, laporan tentang berbagai hal, berita yang aneh-aneh, syair-syair yang indah atau hikamh-hikmah yang luhur.
Putri bangsawan ini sangat cerdas dan bersemangat untuk mencapai ketinggian. Sementara kakaknya menerima orang-orang yang menghadap berdasarkan kedudukannya. Sahabat-sahabat Rasulullah n selalu didahulukan dari yang lain, baru kemudian menyusul tokoh-tokoh Tabi'in, para ulama` dan kalangan bangsawan.
Tidak seperti biasanya, Ummul Hakam mendapati bahwa tamu pertama kakaknya membawa suasana agak tegang dan terasa menggetarkan. Dia mendengar kakaknya berkata, "Demi Allah, wahai Ahnaf setiap aku ingat perang Shiffin dan betapa Anda memihak kepada Ali bin Abi Thalib kemudian meninggalkan kami, rasa kesal dihatiku tidak akan bisa terobati.